MAKNA SIMBOLIK JENANG TUJUH RUPA PADA TRADISI MITONI DI DUKUH WATU PENGANTEN, DESA CABEAN KUNTI, KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI

  • Nuzulia Siti Fatimah Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Teknik Informatika Universitas Boyolali
  • Wahyuning Chumaeson Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Teknik Informatika Universitas Boyolali
  • Roso Prajoko Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Teknik Informatika Universitas Boyolali
Keywords: Tradisi Mitoni, Makna Simbolik, Perubahan Sosial

Abstract

Tradisi Mitoni adalah tradisi yang diperingati oleh masyarakat Jawa yang sampai saat ini masih dipertahankan. Pada masyarakat Dukuh Watu Pengaten, tradisi mitoni biasanya dilakukan saat masa kehamilan memasuki usia kandungan tujuh bulan dan selametan atau ungkapan rasa syukur karena telah diberikan amanah oleh Tuhan untuk merawat seorang anak. Tradisi Mitoni memiliki jenang tujuh rupa sebagai ciri khas makanan yang harus ada dalam Tradisi Kenduri Mitoni tersebut. Jenang tersebut memiliki makna dan arti tersendiri yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat maupun beragama. Fokus penelitian ini sendiri adalah mencari faktor penyebab mulai punahnya Tradisi Mitoni dengan Jenang Tujuh Rupa dengan membedah makna yang terkandung dalam Jenang Tujuh Rupa tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mencari faktor apa saja yeng menyebabkan punahnya tradisi mitoni dengan jenang tujuh rupa melalui makna yang terkandung dalam jenang tujuh rupa pada tradisi mitoni. Tujuan penelitian ini adalah untuk faktor apa saja yeng menyebabkan punahnya tradisi mitoni dengan jenang tujuh rupa melalui makna yang terkandung dalam jenang tujuh rupa pada tradisi mitoni. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif, artinya menjelaskan kondisi masyarakat berdasarkan data yang bersifat apa adanya dilapangan. Teknik pengumpulan data yaitu observasi partisipan, wawancara langsung dan didukung dengan  dokumentasi. Pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling, dengan informan kunci yaitu sesepuh Dukuh Watu Penganten. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap jenang yang digunakan dalam tradisi Mitoni di Dukuh Watu Penganten memiliki makna yang berbeda-beda berupa harapan dan do’a kepada Tuhan. Dilihat dari faktor yang menyebabkan mulai punahnya tradis Mitoni dengan Jenang Tujuh Rupa di Dukuh Watu Penganten disebabkan karena faktor internal berupa bertambahnya penduduk, modernisasi, serta perbedaan pemahaman agama yang diperkuat dengan Teori Selo Soemardjan mengenai Faktor Penyebab Perubahan Sosial yang berasal dari internal masyarakat itu sendiri.

Published
2023-01-31
Section
Articles